DISTOSIA KELAINAN TENAGA ATAU HIS


1. Baik tidaknya his dinilai dengan =
• Kemajuan persalinan
• Sifat his, frekuensi, kekuatan dan lamanya his
• Besarnya kaput sucadeneum

2. Kekuatan his tidak boleh di nilai dari perasaan nyeri penderita. His itu diketahui kurang kuat kalo =
• Terlalu lemah
• Terlalu pendek
• Terlalu jarang

3. Inersia Uteri :
Ini merupakan pemanjangan fase laten atau fase aktif atau keduanya dari pembukaan. Pada pemanjangan fase laten dpt disebabkan karena servik yang belum matang atau karena penggunaan analgesi terlalu cepat. Pemanjangan vase deselerasi diketemukan pada disproporsi cepalo pelvik.

• Inersia Uteri Dibagi 2 :
a. Inersia uteri hipotonik : dmn kontraksi terkoordinasi tapi lemah, hingga menghasilkan tekanan yg kurang dr 15mmHg. His kurang sering dan pd puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam.
b. Inersia uteri hipertonis : dmn kontraksi tdk terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari pada segmen atas. Inersia uteri ini sifatnya hipertonis sering disebut inersia spastis.

• Sebab – Sebab :
a. Penggunaan analgesik terlalu cepat
b. Kesempit an panggul
c. Letak defleksi
d. Kelainan posisi
e. Regangan dinding rahim (hidramnion, gemelli)
f. Perasaan takut dari ibu

• Penyulit :
a. Inersia uteri dapat menyebabkan kematian
b. Kemungkinan infeksi bertambah
c. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi, tanda-tandanya suhu meninggi, aseton uri, nafas cepat, turgor kulit berkurang

• Penatalaksanaan Inersia Hipotonis :
Jika ketuban positif maka pengobatan ialah dgn pemecahan ketuban terlebih dahulu dan klo perlu diberi pitosin. Pada panggul sempit absolut dilakukan SC.

• Penatalaksanaan Inersia Hipertonis :
Pengobatan yg terbaik adalah morvin 10 mg atau dengan petidin 50 mg untuk menimbulkan relaksasi dan istirahat, dgn harapan pasien bangun dengan his yg normal.Jika his tidak menjadi baik dapat dilakukan SC.